Kamis, 27 Desember 2018
PUISI KALAM KUTUGILA - TUAK ILLAHI
Wahai tuak, masih ingatkah ketika itu engkau sendiri Aku mengandungmu, maka saat itu engkau beku ditelapak zabarudku, Akulah yang menggenggam sejarah dan masa depanmu, tak ada air api tanah dan udara, bahkan sunyi pun tak menjelma karena segalanya belum bermula, hanya Aku bersemayam di atas ‘arsy sendiri sambil mendendangkan lagu-lagu asmara
==============================
Sedangkan diri yang engkau sandang saat ini tak akan pernah bisa ditelusuri awalnya, kosong melompong, sehingga letak semesta kala itu bagai KONTOL, KONEK, PENIS yang bertapa dididalam celana, engkau tak akan pernah sanggup memahami keluasan cakrawala yang tak bertepi tersebut, tapi baiklah duhai Kekasihku tuak, sembari merangkak dibelantara rahasia maka Aku coba membantuMu untuk menggapai singasanaku
==============================
Di antara kaf dan nun kuciptakan rahim bagi segalanya, kuasaku menggegar tak tertabiri apa pun, engkau tak akan mungkin bertanya: “kenapa?” Karena engkau pasti menjawab: “Tak ada “kenapa” sebabnya Aku tahu bahwa engkau berada jauh diluar himpitan ruang dan waktu, engkau pasti akan merindukan wajahKu, karena FirmanKu yang mempesona itu telah Kuletakkan secuil jiwaKu persis dihadapanMu sebagai cermin agar hatimu tak pilu
==============================
Wahai tuak, Ombak lautKu menderu-deru tak terbilang tahun tak terbilang abad pusing dalam kemabukan cinta yang teramat indah sekaligus mengerikan karena cintaku disitu dapat menjelma kegilaan tak terkira hingga tak sanggup sadarkan dirimu karena asalmu memang tiada, sehingga sebagai setetes air engkau juga ikut melambung menuju kebiruan dan kebeningan langit, kosong hampa jika tidak bertapa didalam diriMu
==============================
Sejak semula firmanKu telah membelai lembah-lembah dan bebukitan dengan rinai syahdu suara Daud, maka lembah menumbuhkan aneka bunga mengantar harumnya hingga ke Sidratul Muntaha, sedang bukit senantiasa berdiri sebagai perlambang diriku yang selalu tajalli, maka didalam tajalli diriKu tak ada perbedaan antara api menyatu dengan air, atas menggumpal dengan bawah, dan merah sama dengan hijau
==============================
Tak ada yang sepenuhnya mampu mengerti dawai firmanKu, sebab sebelum sampai pada hakekat mengerti siapa pun akan hancur oleh limitnya sendiri, maka dari itu duhai KekasihKu tuak, Shalatmu itu daim adanya, jiwamu itu mekar tak pernah layu sebab seluruh langkahmu itu adalah munajat semata, lalu siapakah yang mendalanginya jika bukan Aku sebagai kekasihmu, dan sebagaimana matahari bulan dan bintang yang tak pernah punya sinar sendiri, semuanya adalah terpapar oleh nurKu semata
==============================
Duhai tuak, pahamilah bahwa Muhammad itu berarti terpuji, maknanya shalat abadi dan madlulnya adalah gemaKu sendiri yang sejenak pun tak bakal mati sebab firmanKu itu esa duhai Kekasihku tuak, karena Aku mengajarimu agar engkau tak beku, agar engkau dapat terlahir lagi, entah yang ke berapa kalinya tak kira bermata buta, bertelinga tuli, bermulut bisu, bernafas dungu dan akhirnya tercampak dirimba hutan yang tak mampu lagi untukMu mengeja huruf dan sandi yang Aku tebarkan di 1000 penjuru mata angin
==============================
Lalu kubangunkan suatu kepercayaan kepada konsepsi sebab kaidah hidup ini merupakan matematika murahan bagiku sebagai konsekuensi getirnya wayang yang bernama mahluk tempat permainanKu, lalu Kumasukan engkau ke gang-gang buntu, Kutabrakkan engkau kebongkahan batu dan kejenuhan hingga berkali-kali sampai kepalamu pecah dan dari itu sukma akan menunjukkan kepadamu bahwa masih ada jalan yang lain
==============================
Akan Ku-undang topan yang menghantam perahu Nuh, Kupanggil kobaran api yang menjilat Ibrahim, Kuseru 20 tahun derita Ayyub, Kuingin selaksa kepedihan Ya’kub, Kudamba seluruh genangan airmata Isa, Karena telah Kujelmakan hati sebagai padang rumput tempat segala hayawan digembalakan, tempat segala telur kegetiran menetas menjadi untaian kalung-kalung rindu
==============================
Telah Kuperlihatkan dunia tanpa jarak, dimana sangsi berubah menjadi pembenaran dan segala petaka tegak sebagai taman bunga yang disebaliknya masih menyimpan ruang rahasia yang gelap gulita, agar langit dan purnama dapat dijadikan payung kesejukan abadi bagi dirimu untuk hidup dilorong-lorong nurani dalam keadaan berjubah gila, lebur kebahagiaan dengan duka hingga ketiadaan dan kekosongan menganga mengisyaratkan adaKu semata untuk telanjang raga telanjang jiwa, tercengang pada hakekat Mahanyatanya Aku sebagai tuhanMu
==============================
Akan Kusambut engkau dengan kematian beribu kali sebagaimana Al-Hallaj yang merindukannya karena Al-Hallaj tahu bahwa Aku adalah gerbang keramat bagi tergapainya kesempurnaan ma’rifat, maka tunggulah kedatangan maut yang amat indah itu seperti sinar rembulan yang menyelusup diantara gesekan daun-daun bambu menjelang sang fajar tiba dalam persandingan hakiki yang abadi, maka seluruhnya akan terdiam dan gerakmu akan menjelma sebagai sujud syukur
==============================
Setelah itu engkau akan merasakan getar rindu yang tak mungkin berakhir, seperti ada mekar senyum yang tak mungkin beku, ada gerlap cahaya yang tak mungkin redup, ada taman kenangan yang tak mungkin sirna, ada hutan cemara yang tak mungkin ranggas, ada danau kelezatan yang tak mungkin surut, aduhai indahnya, aduhai nikmatnya, maka ketika itu engkau akan bersujud kepadaKu yang telah menetapkan batasan dan peta antara ruang yang satu dengan lainnya, maka dengan kesabaran yang wangi za’faron engkau akan mendaki jenjang-jenjang ke singgasana ketuhanKu meski betapa nyata pukauan jamaliyyahKu yamg akan membuat engkau seperti terlunta-lunta, termehek-mehek
==============================
Begitu banyak kafilah yang mencariKu, agar dirinya dapat termehek-mehek, sebab termehek-mehek itu atau KELONAN itu adalah salah satu bentuk kemanunggalan dari dua menjadi satu, dari satu terbitlah satu, itulah salah satu dari bentuk seni yang indah yang tidak akan pernah terbagi karena hakekat keutuhanKu tak akan pernah terkurangi oleh apa pun, maka hatimu akan selalu riang menari menikmati kesempurnaan tajalliku, dengan demikian duhai Kekasihku seluruh hutangmu kepadaKu telah kulunasi sepenuhnya, kini engkau tak lagi berdebar memandangKu, kini Aku tak lagi mendekatMu, karna Aku telah dekat bahkan lebih dekat dari urat lehermu sendiri, inilah totalitas tawakkalmu, inilah totalitas keislamanmu
==============================
Setelah itu engkau akan kembali ke persemedian semula, maka tinggallah Aku sendiri seperti halnya sejarah belum beranjak, mungkin Aku akan kembali kesepian, mungkin Aku akan menyongsong
Episode drama yang baru atau entahlah sesuai kehendak-Ku saja
---------------
( TUAK ILLAHI )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar