Adzan merupakan salah satu syi'ar (pilar) dari syi'ar-syi'ar Islam. Dengan adzan, syi'ar Islam semakin jelas dan tampak bergema di seluruh penjuru dunia. Adzan adalah seruan untuk melaksanakan ibadah shalat. Dengan adzan, kaum Muslimin diberi tahu akan masuknya waktu shalat, sehingga kaum Muslimin lekas bergegas ke masjid untuk bersama-sama melaksanakan ibadah shalat berjamaah.
Mengumandangkan adzan adalah hak kaum Muslimin agar mereka berlomba-lomba dan bersaing untuk melakukannya. Dalam sebuah hadits disebutkan : ''Seandainya orang-orang tahu pahala mengumandangkan adzan dan pahala berdiri pada barisan (shaf) pertama ketika shalat berjamaah dan tidak bisa memperolehnya kecuali dengan mengundi, maka ia akan mengundinya.'' (HR. Bukhari).
Adzan pertama kali terjadi di Madinah, yaitu setelah peristiwa hijrah. Pendapat paling kuat mengatakan terjadi pada tahun pertama Hijriyah (1H.) dan pendapat lain mengatakan pada tahun kedua Hijriyah (2H.). Sedangkan kewajiban shalat lima waktu terjadi jauh sebelum tahun-tahun itu, tepatnya pada malam Isra' Mi'raj. Hanya saja, waktu itu kaum Muslimin menjalankannya tanpa didahului dengan adanya kumandang adzan. Hal itu terjadi karena sebelum terjadi perintah hijrah, keadaan dan tempat tinggal kaum Muslimin masih memungkinkan untuk mengetahui waktu shalat dan dapat berjamaah sesegera mungkin.
Namun setelah hijrah, jumlah kaum muslimin di Madinah semakin banyak, kondisi mereka juga semakin kuat, aman dan sejahtera. Karena itulah, syariat adzan kemudian diperkenalkan. Ada beberapa riwayat yang menceritakan tentang asal mula disyariatkannya adzan, di antaranya adalah sebagai berikut :
Pada suatu waktu, Rasulullah SAW bermusyawarah dengan para sahabatnya perihal sarana yang dapat dipergunakan untuk mengumumkan telah tibanya waktu shalat. Sebagian ada yang mengusulkan dengan mengangkat tinggi bendera, sebagian lagi mengusulkan dengan menyalakan api di atas bukit. Selain itu ada pula yang mengusulkan menggunakan terompet mirip tanduk sebagaimana dilakukan umat Yahudi. Sebagian yang lain mengusulkan menggunakan lonceng seperti yang digunakan umat Nasrani. Dan yang terakhir ada sebagian sahabat yang mengusulkan dengan menggunakan panggilan seruan (nida'). Dari kesemuanya itu, Rasulullah tidak ada yang setuju, kecuali pada pendapat yang terakhir, yaitu dengan panggilan seruan.
Demikianlah, pada akhirnya umat Islam menggunakan cara khusus lagi istimewa, yang tidak mengikuti tatacara agama lain, terutama Yahudi dan Nasrani, yaitu berupa panggilan seruan yang disebut adzan. Jika demikian halnya, lalu dari manakah asal mula kalimat adzan seperti yang kita kenal sekarang ini?
Dalam hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud disebutkan riwayat dari Muhammad bin Ishaq, dari az-Zuhri, dari Sa'id bin Musayyab, dari Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbah, Ia bercerita:
Ketika Rasulullah SAW tidak menyetujui tatacara seruan shalat dengan memukul lonceng karena ada kemiripan dengan tatacara kaum Nasrani, pada waktu itu saya sedang menunaikan thawaf. Malam harinya, saya tertidur dan bermimpi.
Dalam mimpi itu saya melihat seseorang yang mengenakan pakaian berwarna hijau sembari membawa lonceng. Saya bertanya padanya : ''Wahai hamba Allah! Apakah engkau mengikuti cara loncengan?''
Orang itu menjawab, : ''Apakah engkau juga melakukannya?''
Saya pun menjawab, : ''Saya menggunakan lonceng untuk seruan shalat.''
Orang itu lalu berkata, : ''Maukah aku tunjukkan kepadamu cara yang lebih baik dari itu?''
Saya menjawab,: ''Benar, tunjukkanlah.''
Orang itu kemudian berkata : ''Katakanlah olehmu ucapan : Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah. Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah. Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah. Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah. Hayya 'Alash-Shalaah. Hayya 'Alash-Shalaah. Hayya 'Alal Falaah. Hayya 'Alal Falaah. Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Laa Ilaaha Illallaah.''
Pada pagi harinya, saya menemui Rasulullah dan memberitahukan mimpiku semalam. Beliau menjawabnya seraya bersabda, : ''Mimpimu itu adalah mimpi yang benar (ru'ya ash-shaalihah). Insya Allaah.
Kemudian beliau menginstruksikan kepada para sahabatnya untuk menggunakan adzan dengan kalimat-kalimat tersebut sebagai seruan masuknya waktu shalat.
Sedangkan mengenai penambahan kalimat dalam adzan shubuh, kisahnya adalah pada saat Bilal mengumandangkan adzan untuk shalat shubuh, tiba-tiba ada seseorang yang memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah SAW masih tidur. Mendengar pemberitahuan itu, kemudian Bilal dengan suara melengking menambahkan kalimat Ash-Shalaatu Khairum Minan-Naum (Shalat itu lebih baik daripada tidur) dalam adzan shubuhnya. Ternyata Rasulullah kemudian pun menyetujui penambahan kalimat dari Bilal ini. Sa'id bin Musayyab (periwayat kisah ini) juga berpendapat, kemudian kalimat Bilal ini dimasukkan dalam adzan shubuh.
Masih mengenai asal mula panggilan adzan, dalam riwayat lain juga disebutkan : dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid, dari ayahnya (Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbah), ia bercerita :
Pagi harinya (setelah bermimpi), saya menemui Rasulullah SAW dan memberitahukan mimpi yang saya alami semalam. Rasulullah menjawab : ''Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar (haq), insya Allaah. Sampaikanlah kepada Bilal perihal mimpimu itu agar ia mengumandangkan adzan seperti kalimat dalam mimpimu itu.''
Kemudian saya menemui Bilal bin Rabbah dan menyampaikan perintah Rasulullah SAW kepadanya, dan ia pun kemudian beradzan dengan kalimat-kalimat itu. Hal ini sampai terdengar oleh Umar bin Khatthab ra yang berada di rumah. Dengan secepatnya ia keluar rumah menemui Rasulullah sembari membawa selendang yang masih tergerai seraya berkata : ''Demi Dzat yang mengutusmu dengan haq! Sungguh saya telah bermimpi yang sama dengan apa yang telah saya lihat dan saya dengar.'' Maka Rasulullah SAW bersabda,: ''Alhamdulillaah. Segala puji bagi Allah.''
Demikianlah sejarah latar belakang munculnya kalimat adzan. Ternyata, kalimat adzan yang kita kenal sekarang ini berasal dari mimpi. Tetapi meskipun dari mimpi, pernyataan Rasulullah SAW, ''Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar'', menunjukkan bahwasanya adzan itu disyariatkan berdasarkan wahyu Ilahi, bukan berdasarkan mimpi (ru'ya) biasa semata. Kisah pensyariatan adzan dan kalimat adzan di atas menjelaskan kepada kita tentang pentingnya adzan sebagai sarana syiar dan dakwah dalam kehidupan Islam.
Sumber :
Khulashah Nur al-Yaqiin, juz 2, karya Ustadz Umar Abdul Jabbar.
The Dream, Sketsa Mimpi dalam Tinjauan Islam, Kedokteran dan Psikologi, karya Miftahul Asror.
Sedangkan mengenai penambahan kalimat dalam adzan shubuh, kisahnya adalah pada saat Bilal mengumandangkan adzan untuk shalat shubuh, tiba-tiba ada seseorang yang memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah SAW masih tidur. Mendengar pemberitahuan itu, kemudian Bilal dengan suara melengking menambahkan kalimat Ash-Shalaatu Khairum Minan-Naum (Shalat itu lebih baik daripada tidur) dalam adzan shubuhnya. Ternyata Rasulullah kemudian pun menyetujui penambahan kalimat dari Bilal ini. Sa'id bin Musayyab (periwayat kisah ini) juga berpendapat, kemudian kalimat Bilal ini dimasukkan dalam adzan shubuh.
Masih mengenai asal mula panggilan adzan, dalam riwayat lain juga disebutkan : dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid, dari ayahnya (Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbah), ia bercerita :
Pagi harinya (setelah bermimpi), saya menemui Rasulullah SAW dan memberitahukan mimpi yang saya alami semalam. Rasulullah menjawab : ''Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar (haq), insya Allaah. Sampaikanlah kepada Bilal perihal mimpimu itu agar ia mengumandangkan adzan seperti kalimat dalam mimpimu itu.''
Kemudian saya menemui Bilal bin Rabbah dan menyampaikan perintah Rasulullah SAW kepadanya, dan ia pun kemudian beradzan dengan kalimat-kalimat itu. Hal ini sampai terdengar oleh Umar bin Khatthab ra yang berada di rumah. Dengan secepatnya ia keluar rumah menemui Rasulullah sembari membawa selendang yang masih tergerai seraya berkata : ''Demi Dzat yang mengutusmu dengan haq! Sungguh saya telah bermimpi yang sama dengan apa yang telah saya lihat dan saya dengar.'' Maka Rasulullah SAW bersabda,: ''Alhamdulillaah. Segala puji bagi Allah.''
Demikianlah sejarah latar belakang munculnya kalimat adzan. Ternyata, kalimat adzan yang kita kenal sekarang ini berasal dari mimpi. Tetapi meskipun dari mimpi, pernyataan Rasulullah SAW, ''Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar'', menunjukkan bahwasanya adzan itu disyariatkan berdasarkan wahyu Ilahi, bukan berdasarkan mimpi (ru'ya) biasa semata. Kisah pensyariatan adzan dan kalimat adzan di atas menjelaskan kepada kita tentang pentingnya adzan sebagai sarana syiar dan dakwah dalam kehidupan Islam.
Sumber :
Khulashah Nur al-Yaqiin, juz 2, karya Ustadz Umar Abdul Jabbar.
The Dream, Sketsa Mimpi dalam Tinjauan Islam, Kedokteran dan Psikologi, karya Miftahul Asror.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar